Jumat, 01 Maret 2013

Desain Penelitian Analitik

Desain penelitian Analitik
Penelitian survei yang mencoba menggali bagaimana dan mengapa suatu fenomena terjadi
Manfaat desain penelitian:
  • Sebagai blue print / kerangka operasional
  • Menegaskan intensitas dan ekstensitas
  • Memperkirakan kesulitan dan alternatif solusinya
  • Mengetahui keterbatasan atau kelemahan penelitian 
  1. Case control study
Bila yang diteliti : perbedaan ciri-ciri populasi pada waktu atau sub sequense saat ini dengan ciri-ciri pada waktu sebelumnya / ditelusuri kebelakang. Istilah lain : backward study / retrospektif  Study variabel akibat yg saat ini terjadi, ditelusuri sebab-sebab sebelumnyanya / kebelakang. Penelitian dengan arah pembuktian adanya hubungan antara cause (sebab) dengan akibat (efek). 
• Penelitian ini dilakukan apabila penyakit sudah ada/sudah manifest, tetapi tidak diketahui penyebabnya
• Penelitian ini meninjau kembali ke masa lalu utk mencari agentnya ( retrospektif )
• Dimulai dengan menseleksi siapa yang dapat disebut kasus
• Kasus diusahakan kasus baru ( insident ) namun prevalen juga sering digunakan
• Diperlukan kelompok pembanding yang tidak menderita penyakit ( kontrol )
• Pembanding sebaiknya setara 

Kelebihan penelitian kasus kontrol :
a. Studi kasus kontrol dapat atau kadang bahkan merupakan satu-satunya cara untuk meneliti kasus yang jarang atau masa latennya panjang.
b. Hasil dapat diperoleh dengan cara cepat
c. Biaya yang diperlukan relatif sedikit
d. Memerlukan subyek penelitian yang lebih sedikit
e. Memungkinkan untuk mengidentifikasikan berbagai faktor resiko sekaligus

Kelemahan penelitian kasus kontrol :
a. Data mengenai faktor resiko diperoleh dengan mengandalkan daya ingat atau catatan medik. Daya ingat responden ini menyebabkan recall bias, baik karena lupa, atau responden yang mengalami efek cenderung lebih mengingat pajanan terhadap faktor resiko daripada responden yang tidak mengalami efek. Data sekunder, dalam hal ini catatan medik yang rutin sering dipakai sebagai sumber data juga tidak begitu akurat.
b. Validasi mengenai informasi kadang-kadang sukar diperoleh.
c. Karena kasus dan kontrol diperoleh oleh peneliti maka sukar untuk menyakinkan bahwa kedua kelompok itu sebanding dalam faktor eksternal dan sumber bias lainnya.
d. Tidak dapat memberikan incidence rate.
e. Tidak dapat dipakai untuk menentukan lebih dari satu variabel dependen, hanya berkaitan dengan satu penyakit atau efek.

 2. Cohort studi
Bila yang diteliti: perbedaan ciri-ciri populasi pada waktu atau sub sequens saat ini dengan ciri-ciri akan datang.Istilah lain : adalah penelitian kohort / forward study / follow up variabel sebab yg saat ini ada, diikuti akibatnya pada saat nanti dalam waktu tertentu. Disebut juga study follow up atau studi insidensi
• Penelitian dimulai sebelum ada penderita penyakit tetapi sdh diketahui ada agent potensial yang memapari populasi
• Kohort diikuti dan dibandingkan dengan kontrol
Dalam tabel tersebut yang disebut insiden kasus kelompok terpapar adalah
a/ ( a + c ) sedangkan insiden kasus kelompok tdk terpapar adalah b/ ( b + d)
Relative risk (rr) = insident kasus terpapar
insigen kasus tdk terpa
= a/ ( a+c)
b/ ( b+d )
= a ( b + d )
b ( a + c )
Contoh Kasus
Mencari hubungan antara kebiasaan mandi di kali dengan bakteriura pada anak 5-10 tahun. dalam periode 10 tahun didapatkan bakteriura pada kelompok mandi di kali 30/1000 anak/tahun pengamatan, sedangkan pada anak yang tidak mandi di kali insidens bakteriura 12/1000 anak/tahun. resiko relatif diperoleh dengan menghitung RR = 30/1000 : 12/1000 = 2,5.

 Kelebihan penelitian KOHORT :
a. Studi kohort merupakan desain yang paling baik dalam menentukan insidens dan perjalanan penyakit atau efek yang diteliti
b. Studi kohort paling baik dalam menerangkan hubungan dinamika hubungan antara faktor resiko dengan efek secara temporal
c. Pilihan terbaik untuk kasus yang bersifat fatal dan progresif
d. Dapat dipakai untuk meneliti beberapa efek sekaligus dari suatu resiko tertentu
e. Karena pengamatan dilakukan secara kontinu dan longitudinal, kohort memiliki kekuatan yang andal untuk meneliti berbagai masalah kesehatan yang makin meningkat.
 
Kelemahan penelitian KOHORT :
a. Studi kohort biasanya memerlukan waktu yang lama
b. Sarana dan biaya biasanya mahal
c. Seringkali rumit
d. Kurang efisien dari segi waktu maupun biaya untuk meneliti kasus yang jarang terjadi
e. Terancam terjadinya drop out atau terjadinya perubahan intensitas pajanan atau faktor resiko dapat mengganggu analisis hasil
f. Dapat menimbulkan masalah etikaa oleh karena peniliti membiarkan subyek terkena pajanan yang di curigau atau dianggap dapat merugikan subyek

PERBEDAAN CASE CONTROL DAN COHORT CASE CONTROL COHORT:
  • Membandingkan antara kelompok yang menderita peyakit ( kasus ) dengan kelompok orang yang tidak menderita
  • Di ket akibatnya ingin diketahui penyebabnya
  • Jarak waktu antara penyebab hingga akibat singkat
  • Merupakan suatu cross sectional, prevalense, dan retrospective study
  • Yang dihitung odds ratio
  • Penempatan judul peny (kasus) dan penyebab dinamis
  • Membandingkan antara orang yg terkena pemaparan dengan orang yang tidak terpaapar
  • Di ket penyebabnya ingin di ketahui akibatnya
  • Jarak waktu antara penyebab hingga akibat bisa lama
  • Merupakan suatu longitudional, insidense, prospective dan quasi eksperimen study
  • Yang dihitung rr dan ar
  • Penempatan judul penyebab di atas serta judul penyakit disebelah samping 
 3. Study cross sectional :
Peneliti melakukan observasi atau pengukuran variabel pada suatu saat.  Peneliti tidak melakukan tindak lanjut.
Contoh :
Penelitian tentang presentase bayi yang mendapat ASI ekslusif di suatu komunitas.

Kelebihan penelitian CROSS SECTIONAL :
a. Memungkinkan penggunaan populasi dari masyarakat umum, tidak hanya mencari pengobatan, hingga generalisasinya cukup memadai.
b. Desain relatif lebih murah, murah dan hasilnya cepat diperoleh
c. Dapat dipakai untuk meneliti sekaligus banyak vaariabel
d. Tidak terancam loss to follow up (drop out)
e. Dapat dimasukkan ke dalam tahapan pertama suatu penelitian kohort atau eksperimen, tanpa atau dengan sedikit menambah biaya.
f. Dapat dipakai sebagai dasar untuk penelitian berikutnya yang lebih konsklusif.


Kelemahan penelitian CROSS SECTIONAL :
a. Sulit menentukan sebab dan akibat karena pengambilan data resiko dan efek dilakukan pada saat yang bersamaan ( temporal relationship tidak jelas)
b. Studi prevalens lebih banyak menjaring subyek yang mempunyai masa sakit yang panjang daripada mereka yang mempunyai masa sakit yang pendek. Hal ini disebabkan karena individu yang cepat sembuh atau cepat meninggal akan mempunyai kesempatan yang lebih kecil untuk terjaring dalam studi ini, sehingga akan terjadi salah interpretasi dari hasil temuan studi ini.

 Sumber

 imoon. 2011 diakses di http://imooncuy.blogspot.com/ 1 Maret 20013

Desain Penelitian Eksperimen

    Eksperimen merupakan salah satu metode penelitian yang dapat dipilih dan digunakan dalam penelitian pembelajaran pada latar kelas (PTK). Penelitian eksperimental dapat diartikan sebagai sebuah studi yang objektif, sistematis, dan terkontrol untuk memprediksi atau mengontrol fenomena. 

JENIS-JENIS DESAIN PENELITIAN EKSPERIMEN
        Wiersma (1991) dalam Emzir (2009) mengemukakan kriteria-kriteria untuk suatu desain penelitian eksperimen yang baik, diantaranya:
  • Kontrol eksperimental yang memadai
  • Mengurangi artifisialitas (dalam merealisasikan suatu hasil eksperimen ke non-eksperimen)
  • Dasar untuk perbandingan dalam menentukan apakah terdapat pengaruh atau tidak
  • Informasi yang memadai dari data yang akan diambil untuk memutuskan hipotesis
  • Data yang diambil tidak terkontaminasi dan memadai dan mencerminkan pengaruh Tidak mencampurkan variabel yang relevan agar variabel lain tidak mempengaruhi
  • Keterwakilan dengan menggunakan randomisasi aspek-aspek yang akan diukur
  • Kecermatan terhadap karakteristik desain yang akan dilakukan
Dengan demikian maka suatu desain eksperimen yang dipilih oleh peneliti membutuhkan perluasan terutama pada prosedur dari setiap penelitian yang akan dilakukan. Emzir (2009) mengklasifikasikan desain eksperimen dalam dua kategori yakni
  1. Desain Variabel Tunggal, yang melibatkan satu variabel bebas (yang dimanipulasi) yang terdiri atas:
  • Pra-Experimental Designs (non-designs).
  Dikatakan pre-experimental design, karena desain ini belum merupakan eksperimen sungguh-sungguh. Hal ini disebabkan karena masih terdapat variabel luar yang ikut berpengaruh terhadap terbentuknya variabel terikat (dependen). Jadi hasil eksperimen yang merupakan variabel terikat (dependen) itu bukan semata-mata dipengaruhi oleh variabel bebas (independen). Hal ini bisa saja terjadi karena tidak adanya variabel kontrol dan sampel tidak dipilih secara acak (random). Bentuk pra-experimental designs antara lain:

 a. One-Shot Case Study (Studi Kasus Satu Tembakan) 
Dimana dalam desain penelitian ini terdapat suatu kelompok diberi treatment (perlakuan) dan selanjutnya diobservasi hasilnya (treatment adalah sebagai variabel independen dan hasil adalah sebagai variabel dependen). Dalam eksperimen ini subjek disajikan dengan beberapa jenis perlakuan lalu diukur hasilnya.
b.One Group Pretest-Posttest Design (Satu Kelompok Prates-Postes)
Kalau pada desain “a” tidak ada pretest, maka pada desain ini terdapat pretest sebelum diberi perlakuan. Dengan demikian hasil perlakuan dapat diketahui lebih akurat, karena dapat membandingkan dengan keadaan sebelum diberi perlakuan.
c.Intact-Group Comparison
Pada desain ini terdapat satu kelompok yang digunakan untuk penelitian, tetapi dibagi dua yaitu; setengah kelompok untuk eksperimen (yang diberi perlakuan) dan setengah untuk kelompok kontrol (yang tidak diberi perlakuan).
  • True Experimental Design.
Dikatakan true experimental (eksperimen yang sebenarnya/betul-betul) karena dalam desain ini peneliti dapat mengontrol semua variabel luar yang mempengaruhi jalannya eksperimen. Dengan demikian validitas internal (kualitas pelaksanaan rancangan penelitian) dapat menjadi tinggi. Ciri utama dari true experimental adalah bahwa, sampel yang digunakan untuk eksperimen maupun sebagai kelompok kontrol diambil secara random (acak) dari populasi tertentu. Jadi cirinya adalah adanya kelompok kontrol dan sampel yang dipilih secara random. Desain true experimental terbagi atas :

a.Posstest-Only Control Design
Dalam desain ini terdapat dua kelompok yang masing-masing dipilih secara random (R). Kelompok pertama diberi perlakuan (X) dan kelompok lain tidak. Kelompok yang diberi perlakuan disebut kelompok eksperimen dan kelompok yang tidak diberi perlakuan disebut kelompok kontrol.
b. Pretest-Posttest Control Group Design
Dalam desain ini terdapat dua kelompok yang dipilih secara acak/random, kemudian diberi pretest untuk mengetahui keadaan awal adakah perbedaan antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
c.The Solomon Four-Group Design
Dalam desain ini, dimana salah satu dari empat kelompok dipilih secara random. Dua kelompok diberi pratest dan dua kelompok tidak. Kemudian satu dari kelompok pratest dan satu dari kelompok nonpratest diberi perlakuan eksperimen, setelah itu keempat kelompok ini diberi posttest.
  •  Quasi Experimental Design
Bentuk desain eksperimen ini merupakan pengembangan dari true experimental design, yang sulit dilaksanakan. Desain ini mempunyai kelompok kontrol, tetapi tidak dapat berfungsi sepenuhnya untuk mengontrol variabel-variabel luar yang mempengaruhi pelaksanaan experimen. Walaupun demikian, desain ini lebih baik dari pre-experimental design. Quasi Experimental Design digunakan karena pada kenyataannya sulit medapatkan kelompok kontrol yang digunakan untuk penelitian.
Dalam suatu kegiatan administrasi atau manajemen misalnya, sering tidak mungkin menggunakan sebagian para karyawannya untuk eksperimen dan sebagian tidak. Sebagian menggunakan prosedur kerja baru yang lain tidak. Oleh karena itu, untuk mengatasi kesulitan dalam menentukan kelompok kontrol dalam penelitian, maka dikembangkan desain Quasi Experimental.

Desain eksperimen model ini diantarnya sebagai berikut:
 a.Time Series Design
Dalam desain ini kelompok yang digunakan untuk penelitian tidak dapat dipilih secara random. Sebelum diberi perlakuan, kelompok diberi pretest sampai empat kali dengan maksud untuk mengetahui kestabilan dan kejelasan keadaan kelompok sebelum diberi perlakuan. Bila hasil pretest selama empat kali ternyata nilainya berbeda-beda, berarti kelompok tersebut keadaannya labil, tidak menentu, dan tidak konsisten. Setelah kestabilan keadaan kelompok dapay diketahui dengan jelas, maka baru diberi treatment/perlakuan. Desain penelitian ini hanya menggunakan satu kelompok saja, sehingga tidak memerlukan kelompok kontrol.
b.Nonequivalent Control Group Design
Desain ini hampir sama dengan pretest-posttest control group design, hanya pada desain ini kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol tidak dipilih secara random.
Dalam desain ini, baik kelompok eksperimental maupun kelompok kontrol dibandingkan, kendati kelompok tersebut dipilih dan ditempatkan tanpa melalui random. Dua kelompok yang ada diberi pretes, kemudian diberikan perlakuan, dan terakhir diberikan postes.

c.Conterbalanced Design
Desain ini semua kelompok menerima semua perlakuan, hanya dalam urutan perlakuan yang berbeda-beda, dan dilakukan secara random.
           2. Desain Faktorial, yang melibatkan dua atau lebih variabel bebas (sekurang-kurangnya satu yang dimanipulasi)

Desain faktorial secara mendasar menghasilkan ketelitian desain true-eksperimental dan membolehkan penyelidikan terhadap dua atau lebih variabel, secara individual dan dalam interaksi satu sama lain.
Tujuan dari desain ini adalah untuk menentukan apakah efek suatu variabel eksperimental dapat digeneralisasikan lewat semua level dari suatu variabel kontrol atau apakah efek suatu variabel eksperimen tersebut khusus untuk level khusus dari variabel kontrol, selain itu juga dapat digunakan untuk menunjukkan hubungan yang tidak dapat dilakukan oleh desain eksperimental variabel tunggal.

 Sumber

 Hayatuddin Fataruba (2012), Desain Penelitian Eksperimen diakses di http://sospol.untag-smd.ac.id/?p=347 tanggal 1 Maret 2013

Desain Penelitian Deskriptif

Penelitian Deskriptif adalah Suatu Penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk memberikan Gambaran atau Deskripsi tentang suatu keadaan secara Objektif.

Desain penelitian ini digunakan untuk Memecahkan atau Menjawab Permasalahan yang sedang dihadapi pada situasi sekarang.

Penelitian Deskriptif juga berarti Penelitian yang dimaksudkan untuk menjelaskan Fenomena atau Karakteristik Individual, Situasi atau Kelompok tertentu secara Akurat.
.
Dengan kata lain : Penelitian Deskriptif dilakukan untuk mendeskripsikan seperangkat peristiwa atau kondisi populasi saat ini.

Penelitian Deskriptif merupakan cara untuk menemukan Makna Baru, Menjelaskan Sebuah Kondisi Keberadaan, Menentukan Frekuensi Kemunculan Sesuatu, dan Mengkategorikan Informasi.

Penelitian Deskriptif dilakukan dengan memusatkan perhatian kepada aspek tertentu dan sering menunjukkan hubungan atara berbagai variabel.

Rancangan Penelitian Deskriptif bertujuan untuk menerangkan atau menggambarkan masalah penelitian yang terjadi berdasarkan karakteristik Orang, Tempat dan Waktu.
  •  Variabel Orang :
Orang sebagai individu mempunyai Variabel yang tak terhingga banyaknya, sehingga untuk mengadakan pengamatan terhadap semua variabel tersebut sangat tidak mungkin. Beberapa Variabel Utama yang dapat digunakan sebagai indikator untuk mengidentifikasi seseorang, diantaranya adalah : Umur, Jenis Kelamin, Suku Bangsa/Etnis, Pendidikan, Status Perkawinan, Status Ekonomi, Status Marital, dsb.
  •   Variabel Tempat :
Faktor Tempat atau Distribusi Geografis memegang peranan yang sangat penting dalam penelitian, karena pada geografis yang berbeda akan berbeda pula pola permasalahan yang dihadapai (=pola penyakitnya).
  • Variabel Waktu :
Variabel Waktu sangat berpengaruh terhadap hasil penelitian yang dilaksanakan, misalnya suatu “survey” yang dilakukan pada Waktu atau Musim yang berbeda, dapat menghasilkan Pola Penyakit yang berbeda pula. Perubahan Waktu yang perlu mendapatkan perhatian antara lain : Kecenderungan Sekuler : Variasi Siklik : Variasi Musim : Variasi Random.

Deskripsi tersebut dapat terjadi pada lingkup Individu di suatu daerah tertentu atau lingkup Kelompok pada masyarakat di daerah tertentu.

Rancangan Penelitian Deskriptif ini dapat bersifat Kuantitatif maupun Kualitatif.

Beberapa Ciri Dominan Desain Penelitian Deskriptif adalah sebagai berikut :
  1. Bersifat mendeskripsikan kejadian atau peristiwa yang bersifat faktual. Adakalanya : Penelitian ini dimaksdukan hanya membuat Deskripsi atau Uraian Suatu Fenomena semata-mata, tidak untuk mencari Hubungan antar variabel, Menguji hipotesis, atau Membuat ramalan.
  2. Dilakukan secara Survey : oleh karena itu Penelitian Deskriptif sering disebut sebagai Penelitian Survey. Dalam arti Luas : Penelitian Deskriptif dapat mencakup seluruh metode penelitian kecuali Penelitian yang bersifat hipotesis dan esperimental.
  3. Bersifat Mencari Informasi Faktual dan dilakukan secara Mendetail.
  4. Mengidentifikasi masalah atau untuk mendapatkan justifikasi keadaan dan praktek yang sedang berlangsung.
  5. Mendeskripsikan subjek yang sedang dikelola oleh kelompok orang tertentu dalam waktu yang bersamaan.

LANGKAH PENELITIAN DESKRIPTIF
      Secara umum Langkah-Langkah (Teknis) yang harus ditempuh dalam Penelitian Deskriptif tidak berbeda dengan desain penelitian-penelitian yang lain, yang meliputi :
  1. Memilih masalah yang akan diteliti,
  2. Merumuskan dan Mengadakan batasan masalah: kemudian berdasarkan masalah tersebut melakukan studi pendahuluan untuk menghimpun informasi dan teori-teori sebagai dasar menyusun Kerangka Konsep Penelitain,
  3. Membuat asumsi atau anggapan-anggapan yang menjadi dasar perumusan hipotesis Penelitian,
  4. Merumuskan hipotesis Penelitianan Bila Ada,
  5. Merumuskan dan memilih Teknik pengumpulan Data,
  6. Menentukan Kriteria atau Kategori untuk mengadakan klasifikasi Data,
  7. Menentukan Teknik dan Alat penggumpulan  Data yang akan digunakan,
  8. Melaksanakan Penelitian atau Pengumpulan Data untuk menguji hipotesis,
  9. Melakukan pengolahan dan analisis Data,
  10. Menarikkesimpulan atau generalisai,
  11. Menyusun dan Mempublikasikan laporan Penelitian.
 JENIS PENELITIAN DESKRIPTIF
Bentuk-bentuk pelaksanaan Penelitian Deskriptif dapat dikategorikan menjadi beberapa macam, antara lain :
  1.  Survey (Survei)
  2.  Case Study (Studi Kasus)
  3.  Corelation Study (Studi Korelasi)
  4.  Comparative Study (Studi Perbandingan)
  5.  Prediction Study (Studi Prediksi)
  6.  Evaluation Study (Studi Evaluasi)
SURVEY adalah Suatu cara penelitian Deskriptif yang dilakukan terhadap sekumpulan objek yang biasanya cukup banyak dalam jangka waktu tertentu.

TUJUAN Survey adalah Untuk membuat Penilaian terhadap suatu Kondisi dan Penyelenggaraan suatu program di masa sekarang dan hasilnya digunakan untuk menyusun perencanaan perbaikan program tersebut.

SURVEY bukan hanya dilaksanakan untuk membuat deskripsi tentang suatu keadaan saja, tetapi juga untuk menjelaskan Hubungan antara berbagai variabel yang diteliti.

Mutu / Kualitas Desain Survey tergantung dari :
  1. Jumlah Sampel,
  2. Taraf ke-Representatifan Sampel,
  3. Tingkat Kepercayaan Informasi yang diperoleh dari Sampel tersebut.
Dalam penelitian kesehatan, jenis masalah dalam Desain Survey dapat dikategorikan dalam beberapa golongan, yaitu :
  1. Survey Rumah Tangga (Household Survey)
  • Adalah Survey Deskriptif yang ditujukan pada Rumah Tangga.
  • Pengumpulan Data dilakukan dengan Wawancara kepada kepala keluarga.
  • Informasi yg diperoleh bukan hanya informasi tentang diri kepala keluarga, tetapi juga informasi tentang keadaan anggota-anggota keluarga yg lain, rumah dan lingkungannya.
 2. Survey Morbiditas (Morbidity Survey)
  • Adalah Suatu Survey Deskriptif yg bertujuan untuk mengetahui Kejadian dan Distribusi Penyakit dalam masyarakat atau Populasi.
  • Survey ini juga dapat sekaligusdigunakan untuk mengetahui insidensi dan prevalensi masalah kesehatan / penyakit.
3. Survey Analisis Jabatan (Functional Analysis Survey)
  • Survei ini terutama bertujuan untuk mengetahui tentang Tugas dan Tanggung Jawab para Petugas Kesehatan serta Kegiatan – Kegiatan para petugas tersebut sehubungan dengan pekerjaan mereka.
  • Survei ini juga dapat digunakan untuk mengetahui Hubungan antara Atasan dengan Bawahannya, Kondisi Kerja, serta Fasilitas yang ada untuk melaksanakan tugas.
4. Survey Pendapat Umum (Pablic Opinion Survey)
  • Survey ini dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh gambaran tentang pendapat umum terhadap suatu program pelayanan kesehatan yang sedang berjalan dan yang menyangkut seluruh lapisan masyarakat.
Kebaikan Desain Survey :
  1. Dalam Survey biasanya dilibatkan banyak orang (sampel) untuk mencapai Generalisasi atau kesimpulan yang bersifat umum yang dapat dipertanggung jawabkan.
  2. Dapat digunakan berbagai teknik pengumpulan data seperti Angket,Wawancara atau Observasi sesuaikebutuhan/pilihan peneliti.
  3. Sering tampil masalah-masalah yang sebelumnya tidak diketahui atau diduga, sehingga sekaligus dapat bersifat Eksploratif.
  4. Dengan survey, peneliti dapat membenarkan atau menolak teori tertentu.
  5. Biaya relatif lebih murah.

Kelemahan Desain Survey :
  1. Desain Survey, biasanya hanya meneliti pendapat atau perasaan populasi yang tidak emndalam ; apalagi bila menggunakan Angket.
  2. Pendapat populasi yang disurvey mudah berubah-ubah karena pengaruh berbagai faktor dari luar.
  3. Tidak ada jaminan bahwa Angket yang diedarkan akan dijawab semua oleh Populasi/Sampel.
Case Study (Studi Kasus) merupakan penelitian / penyelidikan yang mendalam ( indepth study ) tentang suatu aspek lingkungan sosial termasuk manusia didalamnya yg dilakukan sedemikian rupa sehingga menghasilkan gambaran yang terorganisasikan dengan baik dan lengkap.

Case Study dapat dilakukan terhadap seorang Individu : sekelompok individu (keluarga, kelompok ibu hamil, ibu menyusui, manula, balita dsb) : segolongan manusia (guru, bidan, perawat, suku Batak dsb) : lingkungan hidup manusia (Desa, Kota, Pesisir dsb): atau lembaga sosial (perkawinan-perceraiana, pendidikan, agama dsb).

Case Study dilakukan dengan cara meneliti suatu permasalahan melalui suatu kasus yang terdiri dari unit tunggal. Unit tunggal yang dimaksud dapat berarti Satu Orang, Sekelompok Penduduk yang terkena suatu masalah, atau Sekelompok Masyarakat di suatu daerah.

Unit yang menjadi kasus tersebut secara mendalam dianalisis, baik dari segi yg berhubungan dengan keadaan kasus itu sendiri, faktor yang mempengaruhi, kejadian khusus yang muncul sehubungan dengan kasus, maupun tindakan dan reaksi kasus terhadap suatu perlakuan tertentu.

Meskipun dalam Case Study ini yang diteliti hanya berbentuk Unit Tunggal, namun dianalisis secara mendalam meliputi aspek yang cukup luas, serta penggunaan berbagai teknik secara integratif.


Namun demikian, hasil penelitian Case Study ini masih perlu dikaji ulang dengan menggunakan jumlah Sample yang lebih banyak agar data yang dianalisa semakin representatif sehingga lebih dapat di- Generalisasikan.

Penelitian dengan menggunakan Metode Studi Perbandingan (Comparative Study) dilakukan dengan cara membandingkan Persamaan dan Perbedaan sebagai fenomena untuk mencari Faktor-Faktor apa / Situasi bagaimana yang dapat menyebabkan timbulnya suatu peristiwa tertentu.

Study ini dimulai dengan mengadakan pengumpulan fakta tentang faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya suatu gejala tertentu, kemudian dibandingkan. Setelah mengetahui persamaan dan perbedaan penyebab, selanjutnya ditetapkan bahwa sesuatu faktor yang menyebabkan munculnya suatu gejala pada objek yang diteliti, itulah yang sebenarnya yang menyebabkan munculnya gejala tersebut. Atau dengan memperbandingkan Faktor atau Variabel mana yang paling berpengaruh terhadap perubahan yang terjadi pada hasil penelitian yang sedang dilakukan.

Perlu ditekankan di sini, bahwa dalam desain penelitian ini tidak ada perlakuan atau intervensi sama sekali dari peneliti.

Penelitian Korelasional bertujuan untuk mengungkapkan hubungan Korelatif antar Variabel walaupun tidak diketahui apakah hubungan tersebut merupakan hubungan Sebab-Akibat atau bukan.

Yang dimaksud Hubungan Korelatif adalah Hubungan yang menyatakan adanya adanya perubahan pada satu variabel yang diikuti oleh perubahan pada variabel yang lain.

Dalam hubungan korelatif dilihat keeratan hubungan antara kedua veriabel, oleh karenanya dalam penelitian ini Harus Melibatkan paling sedikit Dua Variabel.

Untuk Uji Statistik, menggunakan Analisis Korelasi. Dalam analisis ini nantinya akan didapatkan suatu angka yang dinamakan Koefisien Korelasi.

Angka Korelasi yang mendekati angka 1 ditafsirkan sebagai Korelasi yang Sangat Kuat. Sedangkan angka koefisien korelasi yang mendekati Nol ditafsirkan sebagai Korelasi yang Tidak Kuat (Lemah), dan Angka Korelasi sama dengan Nol ( = 0 ) ditafsirkan sebagai Tidak Ada Korelasi.

Disamping itu, dikenal juga Korelasi Positif dan Korelasi Negatif.

KORELASI POSITIF :
  • Diperoleh Hubungan yg Setara, artinya : kenaikan nilai satu variabel diikuti dengan kenaikan nilai variabel yang lain.
KORELASI NEGATIF :
  • Diperoleh Hubungan yg Bertolak Belakang, artinya : Kenaikan nilai pada satu variabel diikuti Penurunan nilai variabel lain.
Study Prediksi ini digunakan untuk memperkirakan tentang kemungkinan munculnyasuatu gejala berdasarkan gejala lain yang sudah muncul dan diketahui sebelumnya.

Contoh :
“Kemungkinan keberhasilan penurunan angka kematian bayi berdasarkan pada besarnya cakupan imunisasi”.

Dalam bidang Kesehatan, Studi Prediksi digunakan untuk :
  • Membuat perkiraan terhadap suatu atribut dari atribut lain.
Contoh:
Memperkirakan “penurunan angka kematian akibat kecelakaan” dari berlakunya “aturan penggunaan helm standart” bagi semua pengendara motor.
  • Membuat perkiraan terhadap auatu atribut dari hasil pengukuran.
Contoh :
Memperkirakan kemungkinan “wabah diare” dari hasil “pemeriksaan air minum” penduduk.
  • Membuat perkiraan terhadap suatu pengukuran dari suatu atribut.
Contoh :
Memperkirakan “Status Gizi Balita” dari “Tingkat Sosial Ekonomi” orang tua mereka.

  • Membuat perkiraan terhadap pengukuran dari pengukuran lain.
Contoh :
Memperkirakan “status gizi” dari “pengukuran berat badan per umur” pada balita.

Untuk uji statistik pada Study Prediktif ini biasanya digunakan Analisis Regresi. Sebagaimana dalam analisis korelasi, maka dalam analisis regresi ini penafsiran hasil analisa didasarkan pada angka Koefisien yang diperoleh.

Dalam analisis Regresi ini, akan dilihat apakah munculnya suatu gejala itu ada hubungannya dengan gejala lain atau tidak dan sampai seberapa besar derajat hubungan tersebut.

Penelitian Evaluasi dilakukan untuk menilai suatu program yang sedang atau sudah dilakukan.
Misalnya :
Penelitian evaluasi tentang perkembangan pelayanan puskesmas, penelitian tentang program pemberantasan penyakit menular, penelitian evaluasi tentang program perbaikan gizi, penelitian evaluasi tentang cakupan pelayanan imunisasi balita, penelitian evaluasi tentang mutu layanan fasilitas kesehatan dll.

Hasil dari penelitian ini digunakan untuk perbaikan atau peningkatan program – program tersebut.

Dalam mengolah atau menganalisa data pada desain studi evaluasi ini hanya menggunakan statistik sederhana saja, misalnya analisa presentase saja.

Sumber

Dodiet Aditya S, SKM. (2009). Penelitian Deskriptif diakses di pdffactory.com tanggal 1 Maret 20013